Data adalah catatan atas kumpulan fakta. Data merupakan aspek penting dalam pengambilan keputusan dan menyusun rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, termasauk ekosistem di bawah laut. Untuk itu, data dalam waktu Panjang sangat dibutuhkan sehingga dapat diketahui pola perrubahan yang terjadi. Pemantauan perubahan ekosistem laut juga dapat membantu mengelola penyebab dan faktor utama tekanan yang ada, terutama saat terjadi penurunan kualitas ekosistem, misalnya ekosistem terumbu karang.
Terumbu karang Kepulauan Seribu mendapat berbagai ancaman yang dapat terjadi secara cepat dengan kerusakan yang sangat parah. Terumbu karang berada dalam kondisi memperihatinkan (tutupan karang keras <5%) pada beberapa lokasi, terutama yang berdekatan dengan daratan Jakarta. Porsi terbesar kerusakan ekosistem terumbu karang adalah akibat ulah manusia, diantaranya aktifitas penangkapan ikan yang merusak dan berlebih, pencemaran air, penimbunan sampah, penambangan pasir dan karang, seta penebangan mangrove (LAPI-ITB, 2000; Burke et al., 2002). Kondisi tersebut yang membuat kawasan Kepulauan Seribu perlu untuk diamati secara berkala dan dilakukan pembaharuan data. Terumbu karang di Kepulauan Seribu berperan penting dalam menunjang kehidupan masyarakat lokal dan sekitarnya, diantaranya adalah sebagai penyedia sumber daya perikanan, pariwisata, dan pertambangan (LAPI-ITB, 2000). Selain itu, mata pencaharian hampir 70% masyarakat Kepulauan Seribu adalah nelayan dengan target utama penangkapan merupakan ikan konsumsi (ekor kuning, selar, kakap, kembung, dll) yang terkait dengan ekosistem bawah laut.